Bingkai kayu#2

curtain

next window

Hai apakabarmu? Maaf aku baru sempat menyapamu kembali.

Sudah beberapa hari ini, tirai tergerai sempurna di bingkai itu. Berkas sinar pun hanya terlihat dari ventilasi di atas bingkai itu.  Aku berharap kamu baik-baik saja karena ada banyak cerita yang akan aku ceritakan padamu.

Ups.. aku terlalu egois ya? Hanya ingin bercerita tentang diriku saja tanpa menawarkan waktu untuk mendengarkan kisahmu selama ini.

Baiklah, kuralat kata-kataku. Apakabarmu beberapa hari ini? Aku sempat kehilangan warna kuning tembok kamarmu, aku kehilangan kamu. Kemana saja? Bahkan dalam mimpi pun kita tidak pernah lagi bertemu.

Puff… marahkah kau padaku?

Jangan menggerai tirai itu untuk menghindar dari ku, jangan selalu menunjukkan gulita saat aku menatapmu.

Biarkan tiraimu tersampir disalah satu sisi bingkai itu dan biarkan benderangnya menatap kuningnya tembokmu. Walau hanya menatapmu kurang dari semenit, itu sudah cukup untukku.

Tidak cukup untukmu? Oke… katakan padaku apa yang kau mau agar aku bisa menikmati pemandangan yang seperti biasanya.

Masih kurang cukup?  Oke, aku akan berdiri di situ menatapmu selama yang kau mau dan mendengarkan semua kisahmu dari masa kecilmu.

Oke, aku akan menitip salamku untukmu lewat tukang cuci yang biasa mencuci di tempatmu & tempatku, bagaimana? Salam persahabatan atau salam tempel?

Berhentilah diam, tertawalah, atau marahlah. Katakan sesuatu, tak apa walaupun kata yang akan kau ucapkan menyuruhku berhenti bicara.

Katakan sesuatu, singkap tirai itu, aku mohon.

4 thoughts on “Bingkai kayu#2

Leave a reply to melyn Cancel reply